Saturday, 7 June 2014

Mata Rabun: Ingin Terlihat Menarik Tetapi Takut Memakai Lensa Kontak?

Menjadi cantik merupakan impian banyak wanita. Wanita berlomba-lomba untuk menampilkan dirinya secantik dan semenarik mungkin. Banyak sekali kesempatan yang dapat diraih oleh wanita yang berpenampilan menarik terutama pada bagian wajah. Daya tarik wajah memang memiliki pengaruh yang paling signifikan dari daya tarik keseluruhan (Aliche dan Smith, 1987). Seseorang yang memiliki daya tarik yang baik dapat lebih membentuk interaksi secara positif dibandingkan dengan yang tidak (Patzer, 1986; Sprecher dan Hartfield, 1986), dan status sosioekonomi yang lebih tinggi (Jaeger, 2011). Daya tarik wajah juga mengaktifkan pusat reward yang ada pada otak (Aharon, 2001) sehingga membuat orang lebih ingin dekat pada orang yang menarik. Menjadi hal yang wajar apabila kecantikan menjadi hal yang didambakan pada wanita apabila kita mempertimbangkan segala macam keuntungan yang mungkin didapat.

Penderita rabun semakin banyak saat ini. Hal ini disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat dan seringnya paparan sinar yang dihasilkan oleh alat elektronik. Banyak penderita rabun yang membutuhkan alat bantu penglihatan seperti kacamata dan lensa kontak. Kacamata mulai ditinggalkan oleh penderita rabun karena sering kali dekat dengan istilah “culun” atau “cupu” sehingga beralih pada lensa kontak. Tetapi, tidak semua wanita mampu menggunakan lensa kontak. Banyak juga wanita penderita rabun yang ingin terlihat cantik tetapi takut menggunakan lensa kontak. Berbagai macam alasan seperti lingkungan berdebu, ketidakcocokan bahan lensa dengan mata serta resiko yang dihadapi seperti goresan pada kornea sering kali menjadi penghalang bagi seseorang untuk menggunakan kontak lensa. Tapi jangan khawatir, ternyata kacamata juga dapat meningkatkan daya tarik wajah seseorang.

Sejumlah mahasiswa dari Universitas Airlangga Surabaya telah mencoba untuk membuat frame kacamata yang dibangun dengan teori psikologi. Frame ini berfungsi untuk mempengaruhi seseorang dan memberikan impresi bahwa dirinya menyenangkan, menunjukkan intimasi dan enak untuk diajak bekerja sama dengan memanfaatkan aspek ketidaksadaran manusia. Penelitian yang berjudul,”Analisa pengaruh daya tarik wajah pada daya tarik interpersonal wanita berwajah kotak” yang dilakukan oleh Nurul Aini dan kawan-kawan pada tahun 2014 yang telah dikonferensikan di ICSSAM Kyoto pada 9 Mei 2014 Jepang ini menemukan bahwa justru frame berwajah kotak dengan ujung yang lembut dapat meningkatkan daya tarik seseorang di mata orang lain.

Penelitian ini dilakukan terhadap pria maupun wanita berusia 20 hingga 30 tahun dari berbagai macam pekerjaan. Frame kacamata dibuat sedemikian rupa untuk memberikan manipulasi afeksi agar seseorang dapat memberikan kesan menyenangkan, menunjukkan intimasi dan enak diajak bekerja sama seperti yang telah disebutkan diatas. Tidak hanya itu, frame dibuat agar seseorang memberikan kesan menarik, baik dari segi bagian wajah seperti mata terlihat besar dan dagu yang kecil, kerata-rataan dan keismetrisan wajah.

Penelitian ini juga menepis adanya anggapan bahwa wanita berwajah kotak tidak cook untuk menggunakan frame kotak. Hanya dengan sedikit perubahan pada ketegasan garis dapat memberikan kesan yang berbeda bagi wanita ini. Frame yang memiliki perbedaan bentuk juga akan memberikan pengaruh yang berbeda dan impresi yang berbeda pula terhadap nilai daya tarik seseorang.

Bukan hal yang tidak mungkin lagi apabila nantinya akan ditemukan frame kacamata yang dapat memberikan impresi-impresi lain seperti kepandaian, kehangatan, kelembutan ataupun ketegasan dengan menggunakan konstruk teori psikologi. Penggunaan kacamata tentu saja tidak terbatas pada penyandang mata rabun. Kacamata bisa juga digunakan untuk gaya dan membentuk impresi pada orang lain. Jadi? Jangan takut untuk menggunakan kacamata.
————————————
Penulis: Nurul Aini (Fakultas Psikologi), Hilman L. Hakim (Fakultas Psikologi), Elliyanuar R. Juwitasari (Fakultas Kesehatan Masyarakat), Puji Lestari (Fakultas Keperawatan) dan Agung Prasetyo (Fakultas Psikologi) Universitas Airlangga.