Thursday 17 April 2014

Terlalu Kurus Juga Tidak Baik

Kegemukan berisiko kesehatan, itu jelas. Bahkan belakangan ini sejumlah kalangan medis menggolongkan obesitas sebagai sebuah penyakit tersendiri. Namun, terlalu kurus ternyata lebih berbahaya dibandingkan terlalu gemuk. Risiko kematian dini untuk orang kurus lebih tinggi daripada orang gemuk, menurut hasil sebuah studi survei besar. Dibandingkan dengan orang-orang berberat badan normal, orang yang terlalu kurus memiliki risiko kematian hampir dua kali lipat orang berberat badan normal.

Studi yang dipimpin oleh dr Joel Ray dari Rumah Sakit St Michael, Toronto mengalisis 51 penelitian terhadap orang-orang yang diikuti selama lima tahun atau lebih dan berfokus pada hubungan antara BMI (indeks massa tubuh) dan kematian yang terkait dengan sebab apapun. Para peserta yang memiliki catatan kekurangan berat badan akibat kanker, penyakit paru-paru kronis atau gagal jantung dikeluarkan dari analisis agar tidak mendistorsi hasilnya.

Hasilnya, orang-orang kurus yang memiliki BMI kurang dari 18,5 berisiko 1,8 kali lebih tinggi dalam setiap periode penelitian untuk meninggal dibandingkan mereka yang berberat badan normal (BMI 18,5-24,9). Sebaliknya, mereka yang kegemukan (BMI 30-34,9) hanya memiliki peningkatan risiko kematian sebesar 1,2 kali. Bahkan mereka yang sangat gemuk dengan BMI di atas 35 pun masih memiliki peningkatan risiko kematian lebih sedikit yaitu risiko 1,3 kali.

Ray menyatakan bahwa perhatian masyarakat saat ini sangat berfokus pada kelebihan berat badan. Meskipun jelas bahwa kelebihan berat badan adalah masalah nyata, kita juga perlu mewaspadai masalah kekurangan berat badan. Orang berberat badan normal yang mungkin terpengaruh oleh iklan atau meniru para model dapat menurunkan berat badan terlalu banyak sehingga membahayakan kesehatan mereka. 

Kekurangan berat badan seringkali disertai dengan gizi buruk, yang dapat melemahkan tubuh. Jika orang yang kurus itu kemudian sakit parah maka dia hanya memiliki cadangan lemak yang sedikit.

Lingkar pinggang adalah tolok ukur yang lebih baik Menggunakan alat ukur yang tepat untuk menilai berat badan yang sehat sangat penting, kata Ray. “BMI tidak hanya mencakup lemak tubuh tetapi juga massa otot,” katanya. Rasio ini tidak memberikan informasi tentang distribusi lemak tubuh. Keseimbangan lemak dan otot berperan penting bagi kesehatan. Oleh karena itu, menilai risiko kesehatan dengan lingkar perut lebih cocok daripada BMI. Perempuan harus bertujuan untuk memiliki lingkar perut kurang dari 80 cm dan laki-laki kurang dari 90 sentimeter.
—————————–
Sumber: Sissi Cao, Rahim Moineddin, Marcelo L Urquia, Fahad Razak, Joel G Ray. J-shapedness: an often missed, often miscalculated relation: the example of weight and mortality. Journal of Epidemiology and Community Health, March 2014 DOI: 10.1136/jech-2013-203439